MODEL
BELAJAR KONSTRUCTIVISME
Konstruktivisime merupakan proses Pembelajaran yang menerangkan bagaimana
pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan
dalam proses belajar dan Pembelajaran baik di
tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas
terlihat.
Berdasarkan
faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta
didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus
membangun suatu pengetahuan itu
berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil
dari usaha peserta didik
itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta didik. Pola pembinaan
ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental
yang digunakan oleh peserta
didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran
peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam
lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita
yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea
dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan
mereka.
PENERAPAN
MODEL BELAJAR KONSTRUCTIVISME
Pengetahuan yang dibentuk melalui
pengalaman Pembelajaran adalah intepretasi seseorang terhadap lingkungan
sekitarnya.Pembelajaran merupakan satu proses aktif yang dibina dari pengalaman
seseorang.
Konsep terhadap sesuatu pengalaman dibina dari penyatuan
beberapa perspektif secara kolaboratif (konstruktivism kognitif
dan konstruktivisme sosial) Pembelajaran
dibina didalam situasi nyata.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
1) murid
tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan
penguasaan dalam proses berfikir dan berkomunikasi,
2) Guru
hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang tahu
segala-galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
belajar peserta didik.
3)
sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus
mencakup cara-cara penyelesaian masalah dengan berpatokan pada aturan yang
berlaku. Teknik-teknik tersebut dapat berbentuk peta konsep, diagram ven,
portopolio, uji kompetensi, dan ujian komprehensip.
KONSTRUCTIVISME PIAGIET
Pembelajaran
konstruktivisme berdasarkan pemahaman Piaget, beranggapan bahwa:
1)
gambaran mental seseorang dihasilkan pada
saat berinteraksi dengan lingkungannya,
2)
pengetahuan yang diterima oleh seseorang
merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari
luar.
KONSTRUCTIVISME PERSONAL
Pembelajaran
menurut konstruktivisme personal, memiliki beberapa anggapan (postulat), yaitu:
1)
Set mental (idea) yang dimiliki peserta
didik mempengaruhi panca indera dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
proses pembentukan pengetahuan,
2)
Input yang diterima peserta didik tidak
memiliki makna yang tetap,
3)
peserta didik menyimpan input yang diterima
tersebut ke dalam memorinya,
4)
input yang tersimpan dalam memori tersebut
dapat digunakan lagi untuk menguji input lain yang baru diterima,
5)
peserta didik memiliki tanggung jawab
terhadap apa yang menjadi keputusannya.
KONSTRUCTIVISME SOSIAL
Konstruktivisme
sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk oleh peserta didik,
merupakan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial disekitarnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa:
1)
pengetahuan dibina oleh manusia,
2)
pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan
personal,
3)
pembina pengetahuan personal adalah
perantara soial dan pembina pengetahuan sosial adalah perantara personal,
4)
pembinaan pengetahuan sosial merupakan
hasil interaksi sosial, dan
5)
interaksi sosial dengan yang lain adalah
sebagian dari personal, pembinaan sosial, dan pembinaan pengetahuan bawaan.
KONSTRUCTIVISME RADIKAL
Konstruktivisme
radikal dikembangkan oleh von Glaserfeld (1984), yang beranggapan bahwa:
1)
kebenaran tidak diketahuai
secara mutlak,
2)
pengetahuan saintifik hanya dapat diketahui
dengan menggunakan instrumen yang tepat,
3)
konsep yang terjadi adalah hasil yang
diperoleh individu setelah melakukan ujicoba untuk menggambarkan pengalaman
subjektif,
4)
konsep akan berkembang dalam upaya
penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif.
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN
Pembelajaran tidak
akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk
menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.Pada akhir
proses Pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda
sesuai dengan kemampuannya.Untuk memutuskan (menilai) keputusan-nya, peserta didik harus
bekerja sama dengan peserta didik yang lain.Guru harus mengakui bahwa peserta
didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar
yang dimilikinya, seperti bahasa, matematika, musik dan lain-lain
0 komentar:
Posting Komentar