Minggu, 27 Mei 2012

MODEL BELAJAR KONSTRUCTIVISME


MODEL BELAJAR KONSTRUCTIVISME

Konstruktivisime merupakan proses Pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar  dan  Pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat.
Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta didik. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh  peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.

PENERAPAN MODEL BELAJAR KONSTRUCTIVISME

Pengetahuan yang dibentuk melalui pengalaman Pembelajaran adalah intepretasi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.Pembelajaran merupakan satu proses aktif yang dibina dari pengalaman seseorang.
Konsep terhadap sesuatu pengalaman dibina dari penyatuan beberapa perspektif secara kolaboratif   (konstruktivism kognitif dan  konstruktivisme sosial) Pembelajaran dibina didalam situasi nyata.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
1)      murid tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan penguasaan dalam proses berfikir dan berkomunikasi,
2)      Guru hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang tahu segala-galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing belajar peserta didik.
3)      sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus mencakup cara-cara penyelesaian masalah dengan berpatokan pada aturan yang berlaku. Teknik-teknik tersebut dapat berbentuk peta konsep, diagram ven, portopolio, uji kompetensi, dan ujian komprehensip.





KONSTRUCTIVISME PIAGIET

Pembelajaran konstruktivisme berdasarkan pemahaman Piaget, beranggapan bahwa:
1)      gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya,
2)      pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari luar.

KONSTRUCTIVISME PERSONAL

Pembelajaran menurut konstruktivisme personal, memiliki beberapa anggapan (postulat), yaitu:
1)      Set mental (idea) yang dimiliki peserta didik mempengaruhi panca indera dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan,
2)      Input yang diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap,
3)      peserta didik menyimpan input yang diterima tersebut ke dalam memorinya,
4)      input yang tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi  untuk menguji input lain yang baru diterima,
5)      peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusannya.

KONSTRUCTIVISME SOSIAL

Konstruktivisme sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk oleh peserta didik, merupakan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial disekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
1)      pengetahuan dibina oleh manusia,
2)      pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan personal,
3)      pembina pengetahuan personal adalah perantara soial dan pembina pengetahuan sosial adalah perantara personal,
4)      pembinaan pengetahuan sosial merupakan hasil interaksi sosial, dan
5)      interaksi sosial dengan yang lain adalah sebagian dari personal, pembinaan sosial, dan pembinaan pengetahuan bawaan.


KONSTRUCTIVISME RADIKAL

Konstruktivisme radikal dikembangkan oleh von Glaserfeld (1984), yang beranggapan bahwa:
1)      kebenaran tidak diketahuai secara  mutlak,
2)      pengetahuan saintifik hanya dapat diketahui dengan menggunakan instrumen yang tepat,
3)      konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setelah melakukan ujicoba untuk menggambarkan pengalaman subjektif,
4)      konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif.


BAB III. PENUTUP

KESIMPULAN

Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.Pada akhir proses Pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.Untuk memutuskan (menilai) keputusan-nya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain.Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti bahasa, matematika, musik dan lain-lain

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ageng Pristiwasakti © 2008. Template Design By: SkinCorner